Trenggalek, koranmemo.co - Suara tatakan terdengar samar membelah suasana sunyi di tengah hutan saat Jono (59) memulai aktivitasnya menyadap getah pinus.
Di tengah kabut yang masih menyelimuti pagi, warga RT 36/12 Desa Sumurup, Kecamatan Bendungan sudah sibuk mencari nafkah di hutan.
Selain itu, dia juga harus membelah semak-semak dan kerimbunan rumput liar untuk mencari jalan.
Tapi hal ini sudah biasa dia lakoni. Sebab jika dihitung, dia sudah 38 tahun menggantung hidupnya dari hasil hutan sebagai pekerja sadap getah pinus.
“Jika beruntung mendapat lokasi pohon pinus di ladang. Namun kalau kurang beruntung, ya harus melewati semak-semak. Sesekali saya bersihkan,” kata Jono.
Sejak 1985, Jono yang kala itu baru menikah memutuskan bekerja sebagai penyadap getah pinus di hutan desa wilayah tempat tinggalnya.
Baca Juga: Pelatih Persik Kediri Marcelo Rospide: Sepakbola adalah Tentang Hasil
Lahan seluas sekitar satu hektar ia pegang dibawah naungan LMDH Wana Mustika binaan Perhutani. Hingga saat ini tak terhitung berapa ribuan pohon yang sudah diambil getahnya dengan peralatan sederhana yang disebut pecok.